Afwan jidan y sbelumnya Akhi wa Ukhti krna kualitas gmbarny tidak cukup bagus, yg pnting qt ambil maknanya :)
Silakan Akhi wa Ukhti ke web ini y
http://s854.photobucket.com/albums/ab107/rizky10/Ash-Shaffat%20dan%20Ibnu%20Sina/
Syukron katsiron
Assalamu'alaikum Wr.Wb. Akhi Wa Ukhti, via web-blog ini, mari kita tingkatkan ukhuwah dan dakwah Islam kita untuk FK UNSRI kita tercinta. Marilah kita senantiasa bekerjasama untuk menyiarkan nafas Iman dan Islam dari Rohis Ash-Shaffat, dan selalu meningkatkan kualitas organisasi Islam angkatan kita, dan semoga PDU 2009 reguler selalu dirahmati oleh Allah SWT, Amin. Mohon kerjasamanya selalu dari akhi wa ukhti sekalian. Syukron
Sabtu, 28 Agustus 2010
Sabtu, 07 Agustus 2010
Pembagian tugas Rohis Ash-Shaffat bulan Ramadhan
ROHIS ASH-SHAFFAT PDU ‘09
1. Tadarus Al-Qur’an
• Dilaksanakan sebelum IT dan sebelum pleno (insyaAllah pukul 7 pagi)
• Dipimpin oleh 1 orang dan seluruh anggota PDU ’09 ikut membaca bersama dengan Qori’
• Tadarus sekitar 15 menit
• Ditutup dengan senandung Al-Qur’an
Hari Petugas
1 Pietra Jaya
2 Abdul Hakim
3 Rizky An-Nabil
4 Febi Ardiansyah
5 Ricky Meirizkian
6 Chandra Hadi
7 Agusdianto
8 M. Rizky Felani
2. Kultum Jum’at
• Dilakukan setiap hari jum’at
• Dilakukan sebelum pleno dan setelah Tadarus Al-Qur’an (insyaAllah sekitar 7.15 pagi)
• Materi bebas
Jum’at ke.. Petugas
1 Agus Mahendra
2 Rizky An-Nabil
3 Hafiz Hari Nugraha
4 Abdurrahman Hadi
3. Sholat Tarawih
Pelaksanaan 8 kali (2x setiap minggu, insyaAllah pada hari rabu dan jum’at, atau bisa juga fleksibel)
a. Bilal Tarawih
• InsyaAllah teks telah disiapkan dan bisa dipelajari
• Dilakukan beriringan dengan sholat Tarawih
b. Penceramah Tarawih
• Dilakukan setelah sholat isya’ berjama’ah dan sebelum memulai sholat Tarawih
• Materi bebas
c. Imam Tarawih
Tarawih ke.. Bilal Penceramah Imam
1 Ramadhan K. M. Rizky Felani Abdurrahman Hadi
2 Rangga Rou’fa Arazy Gifta Agusdianto
3 Engki Aditya Agus Mahendra M. Rizky Felani
4 Rahmat Fajri Ramadhan K. Febi Ardiansyah
5 Indra Hakim Leoandri F. Abdul Hakim
6 Sabarullah S. Chandra Hadi Pietra Jaya
7 Hafiz Hari Rizky An-Nabil Engki Aditya
8 Leoandri F. Febi Ardiansyah Sabarullah S.
4. Acara Lailatul Qodar
Rencana pelaksana utama:
1. Ketupel : Abdurrahman Hadi / Rizky An-Nabil
2. Qori’ : Chandra Hadi / Pietra Jaya
3. Sari Tilawah : Akhwaat
4. M. C. : Akhwaat
5. Kultum : Hafiz / Indra
1. Tadarus Al-Qur’an
• Dilaksanakan sebelum IT dan sebelum pleno (insyaAllah pukul 7 pagi)
• Dipimpin oleh 1 orang dan seluruh anggota PDU ’09 ikut membaca bersama dengan Qori’
• Tadarus sekitar 15 menit
• Ditutup dengan senandung Al-Qur’an
Hari Petugas
1 Pietra Jaya
2 Abdul Hakim
3 Rizky An-Nabil
4 Febi Ardiansyah
5 Ricky Meirizkian
6 Chandra Hadi
7 Agusdianto
8 M. Rizky Felani
2. Kultum Jum’at
• Dilakukan setiap hari jum’at
• Dilakukan sebelum pleno dan setelah Tadarus Al-Qur’an (insyaAllah sekitar 7.15 pagi)
• Materi bebas
Jum’at ke.. Petugas
1 Agus Mahendra
2 Rizky An-Nabil
3 Hafiz Hari Nugraha
4 Abdurrahman Hadi
3. Sholat Tarawih
Pelaksanaan 8 kali (2x setiap minggu, insyaAllah pada hari rabu dan jum’at, atau bisa juga fleksibel)
a. Bilal Tarawih
• InsyaAllah teks telah disiapkan dan bisa dipelajari
• Dilakukan beriringan dengan sholat Tarawih
b. Penceramah Tarawih
• Dilakukan setelah sholat isya’ berjama’ah dan sebelum memulai sholat Tarawih
• Materi bebas
c. Imam Tarawih
Tarawih ke.. Bilal Penceramah Imam
1 Ramadhan K. M. Rizky Felani Abdurrahman Hadi
2 Rangga Rou’fa Arazy Gifta Agusdianto
3 Engki Aditya Agus Mahendra M. Rizky Felani
4 Rahmat Fajri Ramadhan K. Febi Ardiansyah
5 Indra Hakim Leoandri F. Abdul Hakim
6 Sabarullah S. Chandra Hadi Pietra Jaya
7 Hafiz Hari Rizky An-Nabil Engki Aditya
8 Leoandri F. Febi Ardiansyah Sabarullah S.
4. Acara Lailatul Qodar
Rencana pelaksana utama:
1. Ketupel : Abdurrahman Hadi / Rizky An-Nabil
2. Qori’ : Chandra Hadi / Pietra Jaya
3. Sari Tilawah : Akhwaat
4. M. C. : Akhwaat
5. Kultum : Hafiz / Indra
Jumat, 06 Agustus 2010
Asma'ul husna
Untuk teman2 Ash-Shaffat dan PDU 2009, ini adalah link download mp3 Asma'ul Husna versi terbaru ESQ (mungkin sekitar tahun 2006-an). Sungguh luar biasa, Subhanallah. InsyaAllah dengan sering memutar mp3 ini qt bs menghafal Asma'ul husna dengan cepat dan fasih. Amiin.
Syukron Katsiron. Tafadhol.
http://www.bowo.web.id/uploader/files/1/99%20Nama%20ALLAH.mp3
http://www.4shared.com/get/wmeDb3-V/ESQ_Song_-_Asmaul_Husna.html
(Afwan y akhi wa ukhti karena ga bs direct link karena barangkali ane kurang fasih dlm blog, tp insyaAllah link2 ini sangat bermanfaat ^.^)
Syukron Katsiron. Tafadhol.
http://www.bowo.web.id/uploader/files/1/99%20Nama%20ALLAH.mp3
http://www.4shared.com/get/wmeDb3-V/ESQ_Song_-_Asmaul_Husna.html
(Afwan y akhi wa ukhti karena ga bs direct link karena barangkali ane kurang fasih dlm blog, tp insyaAllah link2 ini sangat bermanfaat ^.^)
Rabu, 28 Juli 2010
Senin, 05 Juli 2010
MUHASABAH
Saudara-saudaraku sesama muslim…
Hari ini hati saya tersentak, bergetar, membeku...yang saya yakin dengan (sepenuh hati) harus membagikan apa yang saya lihat hari ini. Mungkin sosok saya yang selalu bermain-main, tidak pernah serius, TIDAK PANTAS membahas hal ini...tetapi pantas atau tidaknya saya rasakan hilang karna kesadaran akan pentingnya tali persaudaraan antara kita sesama muslim. Dan saya tidak akan pernah berhenti mencoba membagikan hal-hal yang dapat menjadikan kita seorang muslin yang lebih baik.
Mengusulkan diadakannya sumbangan se-ikhlasnya bagi saudara-saudara kita, bagi nenek-nenek kita. Dan alangkah baiknya apabila kita dapat menjadikannya agenda bulanan, terlebih mingguan, agar kehadiran kita di dunia yang sebentar ini membawa arti...memiliki tujuan...
KITA INI MUSLIM...
KITA INI MUSLIM...
Astaghfirullahal ’adzim... ALLAHHU AKBAR...
KITA INI MUSLIM saudara-saudaraku...
MUSLIM yang BERSAUDARA...
semoga ALLAH mengampuni hamba yang selalu lalai...
Saya (apabila saya diizinkan, selanjutnya saya akan menggunakan kata-kata "kita"...tiada lain karna kita bersaudara dan wajib saling mengingatkan) terlalu sibuk untuk diri saya sendiri atau diri kita masing-masing. Tanpa sadar (atau kita memang pernah sadar, tetapi kesadaran itu disimpan dengan rapi di dalam hati) ternyata begitu banyaknya saudara-saudara kita (yang mungkin karena terlalu banyaknya jadi dianggap sudah biasa, yang menjadikan hati kita begitu keras. Bahkan lebih keras dari batu) berpasrah diri dengan senyuman yang dalam.
Yang akan saya bagikan mungkin hanya sebagian kecil dari banyak kisah hidup "seorang muslim dengan senyuman yang amat dalam" yang benar-benar nyata dan sering berada disekitar kita...
Sore ini (sekali lagi saya katakan dengan hati yang tersentak) saya melihat seorang nenek-nenek, yang apabila saya diizinkan untuk menggambarkan dirinya, nenek-nenek ini menggunakan baju kemeja berwarna ungu dengan motif yang sudah tidak tampak jelas karna saya rasa baju ini sudah sangat lama dipakai dan terlihat begitu kusam karna debu. Dan terlipat-lipat, jelas karena belum atau BAHKAN tidak pernah digosok, yang pastinya SANGAT BERBEDA degan baju kita yang begitu rapi, licin bahkan tanpa sedikit noda. Dengan topi berwarna cream (bukan topi yang biasa kita gunakan, tetapi topi yang biasa digunakan oleh ibu-ibu, yang menutpi rambut secara keseluruhan, yang berbentuk bulat. Topi dimana terlihat beberapa helai rambut putih), dengan kain...kain yang digunakan nenek ini sebagai pakaian bawahannya, kain yang berwarna biru yang juga tampak begitu kusam dan terlipat-lipat. Dengan sandal jepit yang sudah rusak tetapi bisa melindunginya dari panasnya aspal dan tajamnya kerikil. Rasanya tak sanggup lagi saya menggambarkan sosok nenek yang matanya telah sayu karna umur. Menangis hati...
Seorang Nenek yang seharusnya menimang cucunya, mengajarkan hal-hal baik kepada cucunya...mengenalkan ALLAH...
Tetapi apa yang saya lihat?
Nenek yang sepertinya menderita osteoporosis ini mengeruk-ngeruk SAMPAH...
MENGERUK SAMPAH saudaraku...
Beliau mengeruk sampah dengan teliti dan sangat tekun...membuat hati menangis untuk kesekian kali...
Cobalah bayangkan nenek kita, orang tua dari ayah dan ibu kita yang mengeruk-ngeruk SAMPAH?
Sosok yang melahirkan seorang KHALIFAH dalam keluarga kita... Astaghfirullahal ’adzim...hanya ALLAH yang Maha tahu...
SAMPAH yang pada saat kita melewatinya kita SELALU menutup hidung. Dengan cepat menjauh dari BAU yang sangat tidak sedap...
Dan tanpa kita sadari, SAMPAH ini menjadi tempat bagi nenek "kita" menghabiskan waktu senjanya...Waktu yang dengan kesegeraannya membawanya menghadap ALLAH beliau pergunakan untuk mengeruk-ngeruk sampah dengan wajah yang TERSENYUM sesekali...
Mencari kertas-kertas yang selanjutnya dikumpulkan beliau dan dimasukkannya kedalam kantong.
Entah apa fungsinya?
apa kegunaannya?
.....
Apakah kita percaya bahwa nenek yang sedang mengeruk-ngeruk sampah ini memiliki tempat tinggal yang tetap?...
Rumah dengan atap tempat berlindung dari hujan, kasur yang empuk, bantal yang empuk, kipas angin apabila panasnya malam menyergap, tivi untuk menonton acara yang disukai apabila sedang bosan, atau LAPTOP mungkin?... yang hampir semua saudara-saudaraku sesama muslim Fakultas Kedokteran memilikinya...
Mungkin kah nenek yang mengaruk-ngaruk sampah ini memiliki LAPTOP yang dipergunakannya untuk CHATTING apabila beliau sedang beristirahat dari kegiatan mengaruk-ngaruk sampahnya?...
Atau mungkin Beliau berusaha mencari kertas-kertas bekas untuk ditukarkan dengan beberapa butir beras?... yang mungkin dipergunakan untuk mengganjal perutnya yang sudah mengkerut karena kelaparan?... Selagi kita memakan ayam bakar, ikan goreng, ditambah sayur, belum lagi air es yang tersedia untuk membantu kita menelan makanan yang tersendak karna rasa lapar ...
mencari potongan-potongan kardus untuk dijadikan kasur?...selagi kita tidur dengan pulas di kasur yang empuk...
Jadi siapa kita ini?...
Mahasiswa Mahasiswi muslim?...
Seorang pelajar yang tugasnya hanya belajar dengan tekun dan tidak perlu melihat sekitar demi nilai yang tinggi? IPK 3,9...
Tidak terbesit sedikitpun di pikiran saya untuk melarang diri saya sendiri dan kita semua untuk tidak belajar dan selalu menolong "saudara", menolong "nenek" sepanjang hidup kita...tetapi apabila kita bisa MENGASAH atau pun MENERAPKAN tidakan kita dengan hati seorang muslim yang beriman dengan bahu-membahu mengupayakan kemudahan bagi "saudara", "nenek" kita yang tidak seberuntung kita dengan cara kita masing-masing... Alangkah indahnya hidup ini... Alangkah damainya hati...
Ingat saudara-saudara muslimku, ALLAH maha melihat.. Maha mengetahui...
Beliau memanjat tempat sampah yang saya yakin terbuat dari besi yang telah berkarat dengan tubuhnya yang bungkuk, kaki yang lemah dan gemetar karna mungkin kaki itu telah berumur 70 tahun atau bahkan lebih...
Bisa kah engau melihatnya tanpa mengeluarkan air mata?...
Mungkin sebagian kita dengan tegas menjawab "BISA"...
Jawaban yang bisa diterima dengan tenang karna kita memang seorang muslim yang hidup untuk diri kita sendiri. Seorang muslim yang moderen. Seorang muslim dengan "gengsi" yang tinggi...
Apakah seorang nenek renta yang sedang mengais-ngais sampah adalah urusan saya?
itu adalah masalah dia. Memangnya nenek itu siapanya kita?
.....
.....
sungguh saudara-saudaraku sesama muslim, kata-kata yang sering dikumandangkan, "MUSLIM BERSAUDARA...SESAMA MUSLIM ADALAH SAUDARA" adalah omong kosong... Tanpa IMAN sediktpun...
Saya tidak sedang berusaha mendramatiskan hal yang sekali lagi diketik oleh jari-jari dari sosok seseorang yang mungkin dipandangan kalian tidak pernah serius. Selalu bermain-main.
Saya hanya ingin berbagi, agar kita lebih "peka", lebih memperhatikan sekitar kita.
Mungkin sedikit cerita ini tidak akan ada apabila yang saya lihat adalah PEMUDA GAGAH yang sedang mengeruk-ngeruk sampah, tetapi sedih rasanya dikala saya harus melihat seorang nenek-nenek renta...
Semoga kita (khususnya rohis as-shaffat (maaf apabila pengetikannya tidak tepat)) dapat segera mengadakan diskusi, membuka forum...untuk membahas masalah yang mungkin tidak kita sadari, banyak disekitar kita... Alangkah baiknya apabila kita bisa sedikit meringankan "beban" saudara-saudara kita, ataupun nenek-nenek kita... Menjadi seorang muslim yang lebih baik...
Apabila berkenan, tolong direnungkan dengan hati seorang muslim.
Saya meminta maaf sedalam-dalamnya apabila ketikan saya ini tidak masuk di akal, ataupun tidak berkenan dihati, ataupun menyinggung, ataupun banyak hal-hal negatif lainnya yang mungkin timbul di benak saudara-saudaraku sekalian. Tidak ada sedikitpun tujuan untuk membuat kita berdebat terhadap ketikan yang tidak sempurna ini. Tidak ada sedikit pun niat untuk mempengaruhi saudara-saudaraku kepada hal-hal negatif yang mungkin terpikirkan oleh saudara-saudara dan tidak terpikirkan oleh saya pada saat mengetik tulisan yang tidak sempurna ini.
Ketikan ini ada karna rasa KEMANUSIAAN saya sebagai seorang muslim terusik pada saat melihat sesosok nenek mengeruk-ngeruk sampah, sedangkan saya dan kebanyakan saudara-saudaraku sesama muslim lain (yang saya kenal) yang masih GAGAH, yang masih MUDA hidup dengan sangat berkecukupan...dengan fasilitas yang memadai...
Semoga kita menjadi seorang muslim yang selalu dibukakan pintu hatinya oleh ALLAH SWT dan menjadi muslim yang perduli dengan "saudara-saudaranya", "nenek-neneknya"... Amin
(Akhi Rizky An-Nabil)
Hari ini hati saya tersentak, bergetar, membeku...yang saya yakin dengan (sepenuh hati) harus membagikan apa yang saya lihat hari ini. Mungkin sosok saya yang selalu bermain-main, tidak pernah serius, TIDAK PANTAS membahas hal ini...tetapi pantas atau tidaknya saya rasakan hilang karna kesadaran akan pentingnya tali persaudaraan antara kita sesama muslim. Dan saya tidak akan pernah berhenti mencoba membagikan hal-hal yang dapat menjadikan kita seorang muslin yang lebih baik.
Mengusulkan diadakannya sumbangan se-ikhlasnya bagi saudara-saudara kita, bagi nenek-nenek kita. Dan alangkah baiknya apabila kita dapat menjadikannya agenda bulanan, terlebih mingguan, agar kehadiran kita di dunia yang sebentar ini membawa arti...memiliki tujuan...
KITA INI MUSLIM...
KITA INI MUSLIM...
Astaghfirullahal ’adzim... ALLAHHU AKBAR...
KITA INI MUSLIM saudara-saudaraku...
MUSLIM yang BERSAUDARA...
semoga ALLAH mengampuni hamba yang selalu lalai...
Saya (apabila saya diizinkan, selanjutnya saya akan menggunakan kata-kata "kita"...tiada lain karna kita bersaudara dan wajib saling mengingatkan) terlalu sibuk untuk diri saya sendiri atau diri kita masing-masing. Tanpa sadar (atau kita memang pernah sadar, tetapi kesadaran itu disimpan dengan rapi di dalam hati) ternyata begitu banyaknya saudara-saudara kita (yang mungkin karena terlalu banyaknya jadi dianggap sudah biasa, yang menjadikan hati kita begitu keras. Bahkan lebih keras dari batu) berpasrah diri dengan senyuman yang dalam.
Yang akan saya bagikan mungkin hanya sebagian kecil dari banyak kisah hidup "seorang muslim dengan senyuman yang amat dalam" yang benar-benar nyata dan sering berada disekitar kita...
Sore ini (sekali lagi saya katakan dengan hati yang tersentak) saya melihat seorang nenek-nenek, yang apabila saya diizinkan untuk menggambarkan dirinya, nenek-nenek ini menggunakan baju kemeja berwarna ungu dengan motif yang sudah tidak tampak jelas karna saya rasa baju ini sudah sangat lama dipakai dan terlihat begitu kusam karna debu. Dan terlipat-lipat, jelas karena belum atau BAHKAN tidak pernah digosok, yang pastinya SANGAT BERBEDA degan baju kita yang begitu rapi, licin bahkan tanpa sedikit noda. Dengan topi berwarna cream (bukan topi yang biasa kita gunakan, tetapi topi yang biasa digunakan oleh ibu-ibu, yang menutpi rambut secara keseluruhan, yang berbentuk bulat. Topi dimana terlihat beberapa helai rambut putih), dengan kain...kain yang digunakan nenek ini sebagai pakaian bawahannya, kain yang berwarna biru yang juga tampak begitu kusam dan terlipat-lipat. Dengan sandal jepit yang sudah rusak tetapi bisa melindunginya dari panasnya aspal dan tajamnya kerikil. Rasanya tak sanggup lagi saya menggambarkan sosok nenek yang matanya telah sayu karna umur. Menangis hati...
Seorang Nenek yang seharusnya menimang cucunya, mengajarkan hal-hal baik kepada cucunya...mengenalkan ALLAH...
Tetapi apa yang saya lihat?
Nenek yang sepertinya menderita osteoporosis ini mengeruk-ngeruk SAMPAH...
MENGERUK SAMPAH saudaraku...
Beliau mengeruk sampah dengan teliti dan sangat tekun...membuat hati menangis untuk kesekian kali...
Cobalah bayangkan nenek kita, orang tua dari ayah dan ibu kita yang mengeruk-ngeruk SAMPAH?
Sosok yang melahirkan seorang KHALIFAH dalam keluarga kita... Astaghfirullahal ’adzim...hanya ALLAH yang Maha tahu...
SAMPAH yang pada saat kita melewatinya kita SELALU menutup hidung. Dengan cepat menjauh dari BAU yang sangat tidak sedap...
Dan tanpa kita sadari, SAMPAH ini menjadi tempat bagi nenek "kita" menghabiskan waktu senjanya...Waktu yang dengan kesegeraannya membawanya menghadap ALLAH beliau pergunakan untuk mengeruk-ngeruk sampah dengan wajah yang TERSENYUM sesekali...
Mencari kertas-kertas yang selanjutnya dikumpulkan beliau dan dimasukkannya kedalam kantong.
Entah apa fungsinya?
apa kegunaannya?
.....
Apakah kita percaya bahwa nenek yang sedang mengeruk-ngeruk sampah ini memiliki tempat tinggal yang tetap?...
Rumah dengan atap tempat berlindung dari hujan, kasur yang empuk, bantal yang empuk, kipas angin apabila panasnya malam menyergap, tivi untuk menonton acara yang disukai apabila sedang bosan, atau LAPTOP mungkin?... yang hampir semua saudara-saudaraku sesama muslim Fakultas Kedokteran memilikinya...
Mungkin kah nenek yang mengaruk-ngaruk sampah ini memiliki LAPTOP yang dipergunakannya untuk CHATTING apabila beliau sedang beristirahat dari kegiatan mengaruk-ngaruk sampahnya?...
Atau mungkin Beliau berusaha mencari kertas-kertas bekas untuk ditukarkan dengan beberapa butir beras?... yang mungkin dipergunakan untuk mengganjal perutnya yang sudah mengkerut karena kelaparan?... Selagi kita memakan ayam bakar, ikan goreng, ditambah sayur, belum lagi air es yang tersedia untuk membantu kita menelan makanan yang tersendak karna rasa lapar ...
mencari potongan-potongan kardus untuk dijadikan kasur?...selagi kita tidur dengan pulas di kasur yang empuk...
Jadi siapa kita ini?...
Mahasiswa Mahasiswi muslim?...
Seorang pelajar yang tugasnya hanya belajar dengan tekun dan tidak perlu melihat sekitar demi nilai yang tinggi? IPK 3,9...
Tidak terbesit sedikitpun di pikiran saya untuk melarang diri saya sendiri dan kita semua untuk tidak belajar dan selalu menolong "saudara", menolong "nenek" sepanjang hidup kita...tetapi apabila kita bisa MENGASAH atau pun MENERAPKAN tidakan kita dengan hati seorang muslim yang beriman dengan bahu-membahu mengupayakan kemudahan bagi "saudara", "nenek" kita yang tidak seberuntung kita dengan cara kita masing-masing... Alangkah indahnya hidup ini... Alangkah damainya hati...
Ingat saudara-saudara muslimku, ALLAH maha melihat.. Maha mengetahui...
Beliau memanjat tempat sampah yang saya yakin terbuat dari besi yang telah berkarat dengan tubuhnya yang bungkuk, kaki yang lemah dan gemetar karna mungkin kaki itu telah berumur 70 tahun atau bahkan lebih...
Bisa kah engau melihatnya tanpa mengeluarkan air mata?...
Mungkin sebagian kita dengan tegas menjawab "BISA"...
Jawaban yang bisa diterima dengan tenang karna kita memang seorang muslim yang hidup untuk diri kita sendiri. Seorang muslim yang moderen. Seorang muslim dengan "gengsi" yang tinggi...
Apakah seorang nenek renta yang sedang mengais-ngais sampah adalah urusan saya?
itu adalah masalah dia. Memangnya nenek itu siapanya kita?
.....
.....
sungguh saudara-saudaraku sesama muslim, kata-kata yang sering dikumandangkan, "MUSLIM BERSAUDARA...SESAMA MUSLIM ADALAH SAUDARA" adalah omong kosong... Tanpa IMAN sediktpun...
Saya tidak sedang berusaha mendramatiskan hal yang sekali lagi diketik oleh jari-jari dari sosok seseorang yang mungkin dipandangan kalian tidak pernah serius. Selalu bermain-main.
Saya hanya ingin berbagi, agar kita lebih "peka", lebih memperhatikan sekitar kita.
Mungkin sedikit cerita ini tidak akan ada apabila yang saya lihat adalah PEMUDA GAGAH yang sedang mengeruk-ngeruk sampah, tetapi sedih rasanya dikala saya harus melihat seorang nenek-nenek renta...
Semoga kita (khususnya rohis as-shaffat (maaf apabila pengetikannya tidak tepat)) dapat segera mengadakan diskusi, membuka forum...untuk membahas masalah yang mungkin tidak kita sadari, banyak disekitar kita... Alangkah baiknya apabila kita bisa sedikit meringankan "beban" saudara-saudara kita, ataupun nenek-nenek kita... Menjadi seorang muslim yang lebih baik...
Apabila berkenan, tolong direnungkan dengan hati seorang muslim.
Saya meminta maaf sedalam-dalamnya apabila ketikan saya ini tidak masuk di akal, ataupun tidak berkenan dihati, ataupun menyinggung, ataupun banyak hal-hal negatif lainnya yang mungkin timbul di benak saudara-saudaraku sekalian. Tidak ada sedikitpun tujuan untuk membuat kita berdebat terhadap ketikan yang tidak sempurna ini. Tidak ada sedikit pun niat untuk mempengaruhi saudara-saudaraku kepada hal-hal negatif yang mungkin terpikirkan oleh saudara-saudara dan tidak terpikirkan oleh saya pada saat mengetik tulisan yang tidak sempurna ini.
Ketikan ini ada karna rasa KEMANUSIAAN saya sebagai seorang muslim terusik pada saat melihat sesosok nenek mengeruk-ngeruk sampah, sedangkan saya dan kebanyakan saudara-saudaraku sesama muslim lain (yang saya kenal) yang masih GAGAH, yang masih MUDA hidup dengan sangat berkecukupan...dengan fasilitas yang memadai...
Semoga kita menjadi seorang muslim yang selalu dibukakan pintu hatinya oleh ALLAH SWT dan menjadi muslim yang perduli dengan "saudara-saudaranya", "nenek-neneknya"... Amin
(Akhi Rizky An-Nabil)
Komunikasi Ikhwan Akhwat
Bagaimana mensolidkan kinerja ikhwan dan akhwat , karena selama ini sering kali antara ikhwan dan akhwat bermaksud menjaga interaksi, namun terkadang ada hal hal yang seharusnya dikomunikasikan namun tidak di lakukan sehingga seringkali muncul masalah atau kesalahpahaman ikhwan dan akhwat ?
Masalah klasik yang hampir tidak pernah usai hingga saat ini, bagaimana agar komunikasi ikhwan dan akhwat berjalan baik dengan tetap menjaga hijab. Saya masih berpikir kenapa masalah ini bisa muncul. Akan tetapi ketika saya mencoba merenung, kejadian ini bisa terjadi akibat idealisme yang masih tinggi dari para kader dakwah yang betul betul ingin menjaga hatinya dari segala fitnah yang bisa merusak keberkahan dakwah. Tentu ini adalah hal positif bagi dakwah kampus yang kita cintai ini.
Tapi perlu kita evaluasi terkait apakah batasan yang terlalu rigit ini membuat komunikasi terhambat dan berakibat pada menurunnya produktifitas dakwah. Jika memang tidak berakibat negatif, tentu itu merupakan kabar baik, dan mungkin Anda bisa memberikan solusi yang baik untuk mengatasi kendala ini. Saya akan mencoba memaparkan pandangan saya terkait problematika ini dengan latar belakang saya di kampus “ikhwan” ITB.
Ketika membaca buku men from mars and women from venus, saya mulai sedikit memahami karakter ikhwan dan akhwat dari segi psikologi. Saya mencoba melalukan beberapa pengamatan kepada teman-teman saya di ITB terkait fenomena ini. Rapat demi rapat, kepanitiaan demi kepantiaan hingga sekarang dalam badan pengurus harian GAMAIS, saya baru memahami bagaimana seorang pria berpikir tentang perempuan dan perempuan berpikir tentang pria.
Untuk para pria, perlu Anda pahami bahwa perempuan relatif lebih peka dan sensitif ketimbang pria. Perempuan lebih tertata dalam menyusun agenda, maka sering kita lihat perempuan lebih rapih dalam segala hal. Karena mereka melakukan sesuatu dengan perencanaan, baik itu jangka pendek atau panjang. Perempuan yang bekerja biasanya lebih rajin ketimbang pria, ini mengapa kita mulai melihat para perempuan yang telah menjadi profesional atau pejabat, karena mereka rajin dalam menjalankan tugas. Satu hal yang perlu diingat oleh para pria adalah perempuan tidak suka di khianati dan perempuan itu butuh kepastian.
Untuk para perempuan, perlu saya sampaikan bahwa pria memang cenderung egois dan self-oriented. Seorang pria lebih bisa menghabiskan waktunya sendirian ketimbang perempuan. Dan seorang pria ketika sudah masuk keduniannya akan sulit untuk diganggu. Sebutlah seorang pria yang sedang badmood dan ia memilih untuk sendiri untuk mengembalikan mood nya, maka ia akan sangat terganggu sekali jika ada yang menggangu, bahkan sebuah sms bisa membuat mood nya lebih parah. Sehingga seringkali ia mengabaikan panggilan yang ada. Saya menyebutnya, pria mempunyai gua sendiri yang dimana hanya ia yang memahaminya, dan seorang perempuan sepertinya harus menunggu pria ini keluar gua nya baru bisa memanggil pria ini.
Pria relatif lebih ingin diperhatikan dan dipahami, karena sedikit ”sentuhan” saja bisa membuat seorang pria berpikir terbalik 180¬o. Oleh karena itu, seorang perempuan kiranya perlu memahani mengenai kebutuhan dasar pria ini untuk membentuk pola komunikasi yang baik.
Pada kasus nyata, bisa kita ambil contoh dua buah kisah yang saya akan beri pandangan point of view yang harus diambil. Kisah pertama, sekelompok ikhwan dan akhwat yang berada dalam sebuah kepanitiaan. Dimana mereka biasa menjalankan rapat rutin untuk membahas segala sesuatu. Pada suatu ketika, ketua panitia dihadapi pada sebuah kondisi dimana butuh keputusan cepat, padahal saat itu waktu sudah menunjukan pukul 19.00, dan keputusan harus sudah ada malam itu juga. Sehingga ketua panitia ( ikhwan tentunya ), memutuskan untuk mengumpulkan seluruh panitia ikhwan untuk membahas masalah tersebut, dan terselesaikanlah masalah itu. Esok siangnya seluruh panitia rapat kembali ( ikhwan dan akhwat ), dan ketua panitia menceritakan kejadian malam hari itu, setelah mendengar cerita itu, pihak panitia akhwat merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan kebijakan, akhwat merasa hanya sebagai pelaksana keputusan dan berbagai keluhan lain.
*pada kasus ini akhwat merasa di khianati dalam arti tidak diberi kepercayaan untuk ikut berpikir bersama, atau merasa dilangkahi dalam mengambil keputusan.
*pria ketika sudah mengerjakan sesuatu relatif keasikan sendiri sehingga lupa bahwa ada pihak akhwat yang perlu dilibatkan
Kisah kedua, seorang ketua muslimah di sebuah lembaga dakwah mencoba meng-sms seorang ketua LDK di waktu pagi hari ( sekitar waktu tahajud ), akhwat ini mengetahui bahwa sangat tidak ahsan untuk meng-sms seorang ikhwan pada waktu tersebut, akan tetapi, karena sebuah masalah yang perlu dibahas segera, dengan segala pertimbangan dan kebulatan hati, ia memutuskan untuk meng-sms ketua LDK ini dan meminta diadakan rapat mendadak pagi itu untuk membahasa hal yang penting. Akan tetapi, dikarenakan ketua LDK ini sedang dilanda masalah pribadi yang membuat dirinya tidak ingin diganggu untuk sementara waktu, maka ia tidak membalas sms ketua muslimahnya. Mungkin dikarenakan, berbagai miscall yang dilontarkan oleh akhwat ini, ketua LDK ini akhirnya memutuskan untuk membalas sms akhwat ini dengan asalan saja dan seakan menggantungkan keputusan. Hingga akhirnya akhwat ini mengancam sesuatu sehingga ketua LDK itu memutuskan untuk mengadakan rapat di pagi harinya. Setelah menjalani rapat, akhwat ini meminta berbicara terhadap ketua LDK, dan mengungkapkan kekecewaannya kepada ketua LDK ini dan mengatakan bahwa ketidakpastian yang ketua LDK berikan membuat ia tidak tenang.
*perempuan tidak suka ketidakpastian yang berlarut, butuh ketegasan sikap. Saya merekomendasi kepada para pria untuk sesegera mungkin membalas sms akhwat dengan baik untuk menghindari konflik seperti diatas.
*pria yang sedang dilanda masalah tidak ingin diganggu, bahkan ketika kadar masalahnya cukup tinggi, ia tidak ingin diganggu oleh amanah dakwah, ia lebih memilih sendiri dan tidak bertemu dengan orang orang untuk sementara waktu
Dengan memahami karakter masing-masing ini, saya berharap Anda dapat mencoba mulai mengaplikasikan hal untuk memahami kekurangan masing-masing. Bermula dari pemahaman ini, selanjutnya saya akan memaparkan bagaimana cara lain untuk membangun komunikasi yang baik dengan tetap menjaga batasan yang ada.
Hijab saat rapat
Beberapa kampus yang pernah saya kunjungi relatif punya cara tersendiri dalam mengaplikasikan hijab dalam sebuah rapat, ada yang membatasa pria dan perempuan dengan batas permanen seperti tembok, ada yang beda ruangan, ada yang dalam bentuk papan setinggi dua meter, atau ada yang cukup dengan jarak 2 meter antara ikhwan dan akhwat. Semua tergantung kebutuhan dan budaya di masing masing kampus. Bagaimana pun bentuk hijab nya , ada beberapa hal yang perlu dipenuhi, yakni :
1. Jelasnya perkataan setiap anggota rapat
2. Tidak membuat ikhwan dan akhwat terkesan rapat sendiri
3. Pemimpin rapat bisa melihat semua peserta rapat ( ikhwan dan akhwat )
4. Kondisi peserta harus tetap kondusif, jangan sampai karena terpisah oleh tembok, atau papan besar membuat peserta rapat tidur-tiduran karena tidak tampak oleh lawan jenis
5. Ada medua penghubung informasi yang bisa dilihat oleh semua peserta, seperti papan tulis, agar tidak terjadi assymetric information
6. Tidak menimbulkan kesan angker atau eksklusif terhadap orang selain kader yang melihat proses rapat
Proses komunikasi yang efesien
Komunikasi yang dilakukan antara ikhwan dan akhwat perlu diefesienkan sedemikan rupa, agar tidak terjadi fitnah yang mungkin bisa terbentuk. Saya akan mengambil contoh sms seorang ikhwan ke akhwat, dalam dua versi dengan topik yang sama, yakni mencocokan waktu untuk rapat.
Versi 1
Ikhwan : assalamu’alaikum ukhti, bagaimana kabarnya ? hasil UAS sudah ada ?
Akhwat : wa’alaikum salam akhie, alhamdulillah baik, berkat do’a akhie juga, hehehe, UAS belum nih, uhh, deg deg an nunggu nilainya, tetep mohon doanya yah !!
Ikhwan : iya insya Allah didoakan, oh ya ukhti, kira kira kapa yah bisa rapat untuk bahas tentang acara ?
Akhwat : hmhmhm... kapan yah ? akhie bisanya kapan, kalo aku mungkin besok siang dan sore bisa
Ikhwan : okay, besok sore aja dech, ba’da ashar di koridor timur masjid, jarkomin akhwat yang lain yah
Akhwat : siap komandan, semoga Allah selalu melindungi antum
Ikhwan : sip sip, makasih yah ukhti, GANBATTE !! wassalamu’alaikum
Akhwat : wa’alaikum salam
Versi 2
Ikhwan : assalamualaikum, ukh, besok sore bisa rapat acara ditempat biasa ? untuk bahas acara
Akhwat : afwan, kebetulan ada quis, gimana kalo besok siang aja?
Ikhwan : insya Allah boleh, kita rapat besok siang di koridor timur masjid, tolong jarkom akhwat, syukron, wassalamu’alaikum
Dari dua contoh pesan singkat ini kita bisa melihat bagaimana pola komunikasi yang efektif dan tetap menjaga batasan syar’i. Pada versi 1 kita bisa melihat sebuah percapakan singkat via sms antara ikhwan dan akhwat yang bisa dikatakan sedikit “lebai” ( baca “ berlebihan ), sedangkan pada versi 2 adalah percakapan antara ikhwan dan akhwat yang to the point, tanpa basa basi. Sebenarnya bagaimana kita membuat batasan tergantung bagaimana kita membiasakannya di lembaga dakwah kita saja. Perlu adanya leader will untuk membangun budaya komunikasi yang efesien dan “secukupnya”.
Dalam hal percakapan langsung, seorang ikhwan dan akhwat sangat diharapkan untuk menjauhi percapakan berdua saja, walau itu di tempat umum. Saya menyarankan agar salah satu ikhwan atau akhwat meminta muhrimnya (sesama jenis kelamin) untuk menemaninya. Dengan itu diharapkan pembicaraan menjadi terjaga dan meminimalkan kesempatan untuk khilaf. Dengan melakukan pembicaraan yang secukupnya ini sebetulnya dapat lebih membuat pekerjaan menjadi lebih cepat dan efektif. Karena setiap pembicaraan yang dilakukan tidak ada yang sia sia, semua membahas tentang agenda dakwah yang dilakukan.
Selain itu perlu kiranya kita mengurangi waktu ikhwan dengan akhwat untuk bekerja bersama pada waktu dan tempat yang sama. Sebutlah untuk pekerjaan mengepak sembako untuk baksos, saya merekomendasikan agar kegiatan dilakukan terpisah. Jangan ikhwan dan akhwat sama sama melakukan sebuah aktifitas, contohnya lagi ikhwan dan akhwat bersama sama menimbang gula, ikhwan memasuki gula ke plastik dan akhwat menimbang dan mengikat plastik. Saya merekomendasikan agar hal seperti ini tidak terjadi, karena proses ini memungkinkan adanya kesempatan untuk khilaf. Kita tidak akan pernah mengetahui isi dari pikiran dan hati seseorang. Oleh karena itu diperlukan regulasi yang tepat untuk menjaga kader dari hal hal yang bisa merusak keberkahan dakwah. Untuk kasus kerja bersama baksos, bisa saja menjadi ikhwan mengerjakan di bagian pengepakkan beras dan gula, akhwat mengerjakan pengepakkan susu dan minyak.
Regulasi tidak tertulis
Adanya regulasi tidak tertulis, atau mungkin tertulis jika cocok dengan budaya di LDK masing-masing, akan tetapi saya merekomendasikan kepada Anda agar regulasi terkait hubungan ikhwan dan akhwat bersifat tidak tertulis saja. Regulasi ini adalah ketentuan yang “memaksa” para kader untuk mengikutinya, dan bentuk sangksi yang diberikan berupa sangksi moral saja. bentuk regulasi ini seperti etika ketika rapat yang bisa dimaktubkan dalam mekanisme rapat, di GAMAIS kami membuat beberapa ketentuan rapat, yakni terkait posisi dan waktu rapat yang diperbolehkan, seperti hijab dengan jarak 2-3 meter antara ikhwan dan akhwat, rapat antara ikhwan dan akhwat tidak boleh dilakukan setelah maghrib, dan sebagainya. Regulasi lain terkait, pembatasan hubungan ikhwan akhwat melalui pertemuan tatap muka, sms, maupun telepon diatas pukul 21.00 hingga subuh, kecuali dalam keadaan darurat, dan lain-lain.
Bentuk dan penerapan regulasi ini perlu disesuaikan dengan kondisi kader di Lembaga dakwah. Saya memang sedikit moderat terkait hal ini, sehubungan dengan jumlah kader baru yang semakin membludak¸sehingga butuh waktu untuk pemahaman, akan tetapi bagi kader inti akan ada ketentuan khusus.
Pemanfaatan media terbuka bersama
Media bersama yang dimaksud seperti mailing list (milist), papan komunikasi (pakom), yahoo!conference, dan lainnya. Media ini bersifat terbuka dan bisa digunakan dan di akses bersama, sehingga pembicaraan yang dilakukan akan seputar pada inti permasalahan. Sebutlah pembicaraan pemimpin ikhwan dan akhwat seputar IP Kader, dengan media terbuka bersama ini akan membuat mereka akan membahasa hanya tentang IP kader dan solusinya. Akan tetapi jika pembicaraan tanpa media pembatasnya, maka bisa jadi pembicaraan antara dua pemimpin ini menjadi curhat masalah IP mereka masing-masing.
Penyesuaian dengan iklim Lembaga Dakwah
Dari semua kebijakan dan tata etika komunikasi ikhwan dan akhwat ini perlu adanya wiseness dari pihak pemimpin untuk menyesuaikan dengan kondisi masa kampus dan kader di Lembaga Dakwah. Jangan sampai komunikasi yang dilakukan antara ikhwan dan akhwat justru membuat objek dakwah menjadi takut untuk bergabung bersama kita, dan justru me-demarketisasi lembaga dakwah kita. Kebijakan yang diterapkan di GAMAIS memang moderat, dan tidak terlalu rigit terkait hal ini. Pertimbangan yang dilakukan mengingat GAMAIS sedang membangun pendekatan dan kepercayaan secara masif kepada objek dakwah. Hal ini memang sedikit menuntut kami menjadi moderat akan beberapa hal yang bisa di tolerir. Seperti rapat yang tanpa hijab fisik, lalu ikhwan dan akhwat jika bertemu tidak selamanya harus saling membelakangi, cukup tidak bertatapan, dan lain lain. Memang ini menjadi tantangan tersendiri untuk memastikan kemoderatan ini tidak berdampak pada rusaknya keberkahan dakwah, akan tetapi kami berhasil membangun image bahwa GAMAIS tidak angker dan eksklusif.
Oleh : Ridwansyah Yusuf (Ketua Agamais ITB dan Presma ITB 2009-2010)
Masalah klasik yang hampir tidak pernah usai hingga saat ini, bagaimana agar komunikasi ikhwan dan akhwat berjalan baik dengan tetap menjaga hijab. Saya masih berpikir kenapa masalah ini bisa muncul. Akan tetapi ketika saya mencoba merenung, kejadian ini bisa terjadi akibat idealisme yang masih tinggi dari para kader dakwah yang betul betul ingin menjaga hatinya dari segala fitnah yang bisa merusak keberkahan dakwah. Tentu ini adalah hal positif bagi dakwah kampus yang kita cintai ini.
Tapi perlu kita evaluasi terkait apakah batasan yang terlalu rigit ini membuat komunikasi terhambat dan berakibat pada menurunnya produktifitas dakwah. Jika memang tidak berakibat negatif, tentu itu merupakan kabar baik, dan mungkin Anda bisa memberikan solusi yang baik untuk mengatasi kendala ini. Saya akan mencoba memaparkan pandangan saya terkait problematika ini dengan latar belakang saya di kampus “ikhwan” ITB.
Ketika membaca buku men from mars and women from venus, saya mulai sedikit memahami karakter ikhwan dan akhwat dari segi psikologi. Saya mencoba melalukan beberapa pengamatan kepada teman-teman saya di ITB terkait fenomena ini. Rapat demi rapat, kepanitiaan demi kepantiaan hingga sekarang dalam badan pengurus harian GAMAIS, saya baru memahami bagaimana seorang pria berpikir tentang perempuan dan perempuan berpikir tentang pria.
Untuk para pria, perlu Anda pahami bahwa perempuan relatif lebih peka dan sensitif ketimbang pria. Perempuan lebih tertata dalam menyusun agenda, maka sering kita lihat perempuan lebih rapih dalam segala hal. Karena mereka melakukan sesuatu dengan perencanaan, baik itu jangka pendek atau panjang. Perempuan yang bekerja biasanya lebih rajin ketimbang pria, ini mengapa kita mulai melihat para perempuan yang telah menjadi profesional atau pejabat, karena mereka rajin dalam menjalankan tugas. Satu hal yang perlu diingat oleh para pria adalah perempuan tidak suka di khianati dan perempuan itu butuh kepastian.
Untuk para perempuan, perlu saya sampaikan bahwa pria memang cenderung egois dan self-oriented. Seorang pria lebih bisa menghabiskan waktunya sendirian ketimbang perempuan. Dan seorang pria ketika sudah masuk keduniannya akan sulit untuk diganggu. Sebutlah seorang pria yang sedang badmood dan ia memilih untuk sendiri untuk mengembalikan mood nya, maka ia akan sangat terganggu sekali jika ada yang menggangu, bahkan sebuah sms bisa membuat mood nya lebih parah. Sehingga seringkali ia mengabaikan panggilan yang ada. Saya menyebutnya, pria mempunyai gua sendiri yang dimana hanya ia yang memahaminya, dan seorang perempuan sepertinya harus menunggu pria ini keluar gua nya baru bisa memanggil pria ini.
Pria relatif lebih ingin diperhatikan dan dipahami, karena sedikit ”sentuhan” saja bisa membuat seorang pria berpikir terbalik 180¬o. Oleh karena itu, seorang perempuan kiranya perlu memahani mengenai kebutuhan dasar pria ini untuk membentuk pola komunikasi yang baik.
Pada kasus nyata, bisa kita ambil contoh dua buah kisah yang saya akan beri pandangan point of view yang harus diambil. Kisah pertama, sekelompok ikhwan dan akhwat yang berada dalam sebuah kepanitiaan. Dimana mereka biasa menjalankan rapat rutin untuk membahas segala sesuatu. Pada suatu ketika, ketua panitia dihadapi pada sebuah kondisi dimana butuh keputusan cepat, padahal saat itu waktu sudah menunjukan pukul 19.00, dan keputusan harus sudah ada malam itu juga. Sehingga ketua panitia ( ikhwan tentunya ), memutuskan untuk mengumpulkan seluruh panitia ikhwan untuk membahas masalah tersebut, dan terselesaikanlah masalah itu. Esok siangnya seluruh panitia rapat kembali ( ikhwan dan akhwat ), dan ketua panitia menceritakan kejadian malam hari itu, setelah mendengar cerita itu, pihak panitia akhwat merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan kebijakan, akhwat merasa hanya sebagai pelaksana keputusan dan berbagai keluhan lain.
*pada kasus ini akhwat merasa di khianati dalam arti tidak diberi kepercayaan untuk ikut berpikir bersama, atau merasa dilangkahi dalam mengambil keputusan.
*pria ketika sudah mengerjakan sesuatu relatif keasikan sendiri sehingga lupa bahwa ada pihak akhwat yang perlu dilibatkan
Kisah kedua, seorang ketua muslimah di sebuah lembaga dakwah mencoba meng-sms seorang ketua LDK di waktu pagi hari ( sekitar waktu tahajud ), akhwat ini mengetahui bahwa sangat tidak ahsan untuk meng-sms seorang ikhwan pada waktu tersebut, akan tetapi, karena sebuah masalah yang perlu dibahas segera, dengan segala pertimbangan dan kebulatan hati, ia memutuskan untuk meng-sms ketua LDK ini dan meminta diadakan rapat mendadak pagi itu untuk membahasa hal yang penting. Akan tetapi, dikarenakan ketua LDK ini sedang dilanda masalah pribadi yang membuat dirinya tidak ingin diganggu untuk sementara waktu, maka ia tidak membalas sms ketua muslimahnya. Mungkin dikarenakan, berbagai miscall yang dilontarkan oleh akhwat ini, ketua LDK ini akhirnya memutuskan untuk membalas sms akhwat ini dengan asalan saja dan seakan menggantungkan keputusan. Hingga akhirnya akhwat ini mengancam sesuatu sehingga ketua LDK itu memutuskan untuk mengadakan rapat di pagi harinya. Setelah menjalani rapat, akhwat ini meminta berbicara terhadap ketua LDK, dan mengungkapkan kekecewaannya kepada ketua LDK ini dan mengatakan bahwa ketidakpastian yang ketua LDK berikan membuat ia tidak tenang.
*perempuan tidak suka ketidakpastian yang berlarut, butuh ketegasan sikap. Saya merekomendasi kepada para pria untuk sesegera mungkin membalas sms akhwat dengan baik untuk menghindari konflik seperti diatas.
*pria yang sedang dilanda masalah tidak ingin diganggu, bahkan ketika kadar masalahnya cukup tinggi, ia tidak ingin diganggu oleh amanah dakwah, ia lebih memilih sendiri dan tidak bertemu dengan orang orang untuk sementara waktu
Dengan memahami karakter masing-masing ini, saya berharap Anda dapat mencoba mulai mengaplikasikan hal untuk memahami kekurangan masing-masing. Bermula dari pemahaman ini, selanjutnya saya akan memaparkan bagaimana cara lain untuk membangun komunikasi yang baik dengan tetap menjaga batasan yang ada.
Hijab saat rapat
Beberapa kampus yang pernah saya kunjungi relatif punya cara tersendiri dalam mengaplikasikan hijab dalam sebuah rapat, ada yang membatasa pria dan perempuan dengan batas permanen seperti tembok, ada yang beda ruangan, ada yang dalam bentuk papan setinggi dua meter, atau ada yang cukup dengan jarak 2 meter antara ikhwan dan akhwat. Semua tergantung kebutuhan dan budaya di masing masing kampus. Bagaimana pun bentuk hijab nya , ada beberapa hal yang perlu dipenuhi, yakni :
1. Jelasnya perkataan setiap anggota rapat
2. Tidak membuat ikhwan dan akhwat terkesan rapat sendiri
3. Pemimpin rapat bisa melihat semua peserta rapat ( ikhwan dan akhwat )
4. Kondisi peserta harus tetap kondusif, jangan sampai karena terpisah oleh tembok, atau papan besar membuat peserta rapat tidur-tiduran karena tidak tampak oleh lawan jenis
5. Ada medua penghubung informasi yang bisa dilihat oleh semua peserta, seperti papan tulis, agar tidak terjadi assymetric information
6. Tidak menimbulkan kesan angker atau eksklusif terhadap orang selain kader yang melihat proses rapat
Proses komunikasi yang efesien
Komunikasi yang dilakukan antara ikhwan dan akhwat perlu diefesienkan sedemikan rupa, agar tidak terjadi fitnah yang mungkin bisa terbentuk. Saya akan mengambil contoh sms seorang ikhwan ke akhwat, dalam dua versi dengan topik yang sama, yakni mencocokan waktu untuk rapat.
Versi 1
Ikhwan : assalamu’alaikum ukhti, bagaimana kabarnya ? hasil UAS sudah ada ?
Akhwat : wa’alaikum salam akhie, alhamdulillah baik, berkat do’a akhie juga, hehehe, UAS belum nih, uhh, deg deg an nunggu nilainya, tetep mohon doanya yah !!
Ikhwan : iya insya Allah didoakan, oh ya ukhti, kira kira kapa yah bisa rapat untuk bahas tentang acara ?
Akhwat : hmhmhm... kapan yah ? akhie bisanya kapan, kalo aku mungkin besok siang dan sore bisa
Ikhwan : okay, besok sore aja dech, ba’da ashar di koridor timur masjid, jarkomin akhwat yang lain yah
Akhwat : siap komandan, semoga Allah selalu melindungi antum
Ikhwan : sip sip, makasih yah ukhti, GANBATTE !! wassalamu’alaikum
Akhwat : wa’alaikum salam
Versi 2
Ikhwan : assalamualaikum, ukh, besok sore bisa rapat acara ditempat biasa ? untuk bahas acara
Akhwat : afwan, kebetulan ada quis, gimana kalo besok siang aja?
Ikhwan : insya Allah boleh, kita rapat besok siang di koridor timur masjid, tolong jarkom akhwat, syukron, wassalamu’alaikum
Dari dua contoh pesan singkat ini kita bisa melihat bagaimana pola komunikasi yang efektif dan tetap menjaga batasan syar’i. Pada versi 1 kita bisa melihat sebuah percapakan singkat via sms antara ikhwan dan akhwat yang bisa dikatakan sedikit “lebai” ( baca “ berlebihan ), sedangkan pada versi 2 adalah percakapan antara ikhwan dan akhwat yang to the point, tanpa basa basi. Sebenarnya bagaimana kita membuat batasan tergantung bagaimana kita membiasakannya di lembaga dakwah kita saja. Perlu adanya leader will untuk membangun budaya komunikasi yang efesien dan “secukupnya”.
Dalam hal percakapan langsung, seorang ikhwan dan akhwat sangat diharapkan untuk menjauhi percapakan berdua saja, walau itu di tempat umum. Saya menyarankan agar salah satu ikhwan atau akhwat meminta muhrimnya (sesama jenis kelamin) untuk menemaninya. Dengan itu diharapkan pembicaraan menjadi terjaga dan meminimalkan kesempatan untuk khilaf. Dengan melakukan pembicaraan yang secukupnya ini sebetulnya dapat lebih membuat pekerjaan menjadi lebih cepat dan efektif. Karena setiap pembicaraan yang dilakukan tidak ada yang sia sia, semua membahas tentang agenda dakwah yang dilakukan.
Selain itu perlu kiranya kita mengurangi waktu ikhwan dengan akhwat untuk bekerja bersama pada waktu dan tempat yang sama. Sebutlah untuk pekerjaan mengepak sembako untuk baksos, saya merekomendasikan agar kegiatan dilakukan terpisah. Jangan ikhwan dan akhwat sama sama melakukan sebuah aktifitas, contohnya lagi ikhwan dan akhwat bersama sama menimbang gula, ikhwan memasuki gula ke plastik dan akhwat menimbang dan mengikat plastik. Saya merekomendasikan agar hal seperti ini tidak terjadi, karena proses ini memungkinkan adanya kesempatan untuk khilaf. Kita tidak akan pernah mengetahui isi dari pikiran dan hati seseorang. Oleh karena itu diperlukan regulasi yang tepat untuk menjaga kader dari hal hal yang bisa merusak keberkahan dakwah. Untuk kasus kerja bersama baksos, bisa saja menjadi ikhwan mengerjakan di bagian pengepakkan beras dan gula, akhwat mengerjakan pengepakkan susu dan minyak.
Regulasi tidak tertulis
Adanya regulasi tidak tertulis, atau mungkin tertulis jika cocok dengan budaya di LDK masing-masing, akan tetapi saya merekomendasikan kepada Anda agar regulasi terkait hubungan ikhwan dan akhwat bersifat tidak tertulis saja. Regulasi ini adalah ketentuan yang “memaksa” para kader untuk mengikutinya, dan bentuk sangksi yang diberikan berupa sangksi moral saja. bentuk regulasi ini seperti etika ketika rapat yang bisa dimaktubkan dalam mekanisme rapat, di GAMAIS kami membuat beberapa ketentuan rapat, yakni terkait posisi dan waktu rapat yang diperbolehkan, seperti hijab dengan jarak 2-3 meter antara ikhwan dan akhwat, rapat antara ikhwan dan akhwat tidak boleh dilakukan setelah maghrib, dan sebagainya. Regulasi lain terkait, pembatasan hubungan ikhwan akhwat melalui pertemuan tatap muka, sms, maupun telepon diatas pukul 21.00 hingga subuh, kecuali dalam keadaan darurat, dan lain-lain.
Bentuk dan penerapan regulasi ini perlu disesuaikan dengan kondisi kader di Lembaga dakwah. Saya memang sedikit moderat terkait hal ini, sehubungan dengan jumlah kader baru yang semakin membludak¸sehingga butuh waktu untuk pemahaman, akan tetapi bagi kader inti akan ada ketentuan khusus.
Pemanfaatan media terbuka bersama
Media bersama yang dimaksud seperti mailing list (milist), papan komunikasi (pakom), yahoo!conference, dan lainnya. Media ini bersifat terbuka dan bisa digunakan dan di akses bersama, sehingga pembicaraan yang dilakukan akan seputar pada inti permasalahan. Sebutlah pembicaraan pemimpin ikhwan dan akhwat seputar IP Kader, dengan media terbuka bersama ini akan membuat mereka akan membahasa hanya tentang IP kader dan solusinya. Akan tetapi jika pembicaraan tanpa media pembatasnya, maka bisa jadi pembicaraan antara dua pemimpin ini menjadi curhat masalah IP mereka masing-masing.
Penyesuaian dengan iklim Lembaga Dakwah
Dari semua kebijakan dan tata etika komunikasi ikhwan dan akhwat ini perlu adanya wiseness dari pihak pemimpin untuk menyesuaikan dengan kondisi masa kampus dan kader di Lembaga Dakwah. Jangan sampai komunikasi yang dilakukan antara ikhwan dan akhwat justru membuat objek dakwah menjadi takut untuk bergabung bersama kita, dan justru me-demarketisasi lembaga dakwah kita. Kebijakan yang diterapkan di GAMAIS memang moderat, dan tidak terlalu rigit terkait hal ini. Pertimbangan yang dilakukan mengingat GAMAIS sedang membangun pendekatan dan kepercayaan secara masif kepada objek dakwah. Hal ini memang sedikit menuntut kami menjadi moderat akan beberapa hal yang bisa di tolerir. Seperti rapat yang tanpa hijab fisik, lalu ikhwan dan akhwat jika bertemu tidak selamanya harus saling membelakangi, cukup tidak bertatapan, dan lain lain. Memang ini menjadi tantangan tersendiri untuk memastikan kemoderatan ini tidak berdampak pada rusaknya keberkahan dakwah, akan tetapi kami berhasil membangun image bahwa GAMAIS tidak angker dan eksklusif.
Oleh : Ridwansyah Yusuf (Ketua Agamais ITB dan Presma ITB 2009-2010)
Langganan:
Postingan (Atom)