Senin, 05 Juli 2010

MUHASABAH

Saudara-saudaraku sesama muslim…

Hari ini hati saya tersentak, bergetar, membeku...yang saya yakin dengan (sepenuh hati) harus membagikan apa yang saya lihat hari ini. Mungkin sosok saya yang selalu bermain-main, tidak pernah serius, TIDAK PANTAS membahas hal ini...tetapi pantas atau tidaknya saya rasakan hilang karna kesadaran akan pentingnya tali persaudaraan antara kita sesama muslim. Dan saya tidak akan pernah berhenti mencoba membagikan hal-hal yang dapat menjadikan kita seorang muslin yang lebih baik.

Mengusulkan diadakannya sumbangan se-ikhlasnya bagi saudara-saudara kita, bagi nenek-nenek kita. Dan alangkah baiknya apabila kita dapat menjadikannya agenda bulanan, terlebih mingguan, agar kehadiran kita di dunia yang sebentar ini membawa arti...memiliki tujuan...

KITA INI MUSLIM...
KITA INI MUSLIM...

Astaghfirullahal ’adzim... ALLAHHU AKBAR...

KITA INI MUSLIM saudara-saudaraku...

MUSLIM yang BERSAUDARA...
semoga ALLAH mengampuni hamba yang selalu lalai...

Saya (apabila saya diizinkan, selanjutnya saya akan menggunakan kata-kata "kita"...tiada lain karna kita bersaudara dan wajib saling mengingatkan) terlalu sibuk untuk diri saya sendiri atau diri kita masing-masing. Tanpa sadar (atau kita memang pernah sadar, tetapi kesadaran itu disimpan dengan rapi di dalam hati) ternyata begitu banyaknya saudara-saudara kita (yang mungkin karena terlalu banyaknya jadi dianggap sudah biasa, yang menjadikan hati kita begitu keras. Bahkan lebih keras dari batu) berpasrah diri dengan senyuman yang dalam.
Yang akan saya bagikan mungkin hanya sebagian kecil dari banyak kisah hidup "seorang muslim dengan senyuman yang amat dalam" yang benar-benar nyata dan sering berada disekitar kita...
Sore ini (sekali lagi saya katakan dengan hati yang tersentak) saya melihat seorang nenek-nenek, yang apabila saya diizinkan untuk menggambarkan dirinya, nenek-nenek ini menggunakan baju kemeja berwarna ungu dengan motif yang sudah tidak tampak jelas karna saya rasa baju ini sudah sangat lama dipakai dan terlihat begitu kusam karna debu. Dan terlipat-lipat, jelas karena belum atau BAHKAN tidak pernah digosok, yang pastinya SANGAT BERBEDA degan baju kita yang begitu rapi, licin bahkan tanpa sedikit noda. Dengan topi berwarna cream (bukan topi yang biasa kita gunakan, tetapi topi yang biasa digunakan oleh ibu-ibu, yang menutpi rambut secara keseluruhan, yang berbentuk bulat. Topi dimana terlihat beberapa helai rambut putih), dengan kain...kain yang digunakan nenek ini sebagai pakaian bawahannya, kain yang berwarna biru yang juga tampak begitu kusam dan terlipat-lipat. Dengan sandal jepit yang sudah rusak tetapi bisa melindunginya dari panasnya aspal dan tajamnya kerikil. Rasanya tak sanggup lagi saya menggambarkan sosok nenek yang matanya telah sayu karna umur. Menangis hati...

Seorang Nenek yang seharusnya menimang cucunya, mengajarkan hal-hal baik kepada cucunya...mengenalkan ALLAH...
Tetapi apa yang saya lihat?
Nenek yang sepertinya menderita osteoporosis ini mengeruk-ngeruk SAMPAH...
MENGERUK SAMPAH saudaraku...
Beliau mengeruk sampah dengan teliti dan sangat tekun...membuat hati menangis untuk kesekian kali...

Cobalah bayangkan nenek kita, orang tua dari ayah dan ibu kita yang mengeruk-ngeruk SAMPAH?
Sosok yang melahirkan seorang KHALIFAH dalam keluarga kita... Astaghfirullahal ’adzim...hanya ALLAH yang Maha tahu...

SAMPAH yang pada saat kita melewatinya kita SELALU menutup hidung. Dengan cepat menjauh dari BAU yang sangat tidak sedap...
Dan tanpa kita sadari, SAMPAH ini menjadi tempat bagi nenek "kita" menghabiskan waktu senjanya...Waktu yang dengan kesegeraannya membawanya menghadap ALLAH beliau pergunakan untuk mengeruk-ngeruk sampah dengan wajah yang TERSENYUM sesekali...

Mencari kertas-kertas yang selanjutnya dikumpulkan beliau dan dimasukkannya kedalam kantong.

Entah apa fungsinya?

apa kegunaannya?

.....

Apakah kita percaya bahwa nenek yang sedang mengeruk-ngeruk sampah ini memiliki tempat tinggal yang tetap?...

Rumah dengan atap tempat berlindung dari hujan, kasur yang empuk, bantal yang empuk, kipas angin apabila panasnya malam menyergap, tivi untuk menonton acara yang disukai apabila sedang bosan, atau LAPTOP mungkin?... yang hampir semua saudara-saudaraku sesama muslim Fakultas Kedokteran memilikinya...

Mungkin kah nenek yang mengaruk-ngaruk sampah ini memiliki LAPTOP yang dipergunakannya untuk CHATTING apabila beliau sedang beristirahat dari kegiatan mengaruk-ngaruk sampahnya?...

Atau mungkin Beliau berusaha mencari kertas-kertas bekas untuk ditukarkan dengan beberapa butir beras?... yang mungkin dipergunakan untuk mengganjal perutnya yang sudah mengkerut karena kelaparan?... Selagi kita memakan ayam bakar, ikan goreng, ditambah sayur, belum lagi air es yang tersedia untuk membantu kita menelan makanan yang tersendak karna rasa lapar ...

mencari potongan-potongan kardus untuk dijadikan kasur?...selagi kita tidur dengan pulas di kasur yang empuk...

Jadi siapa kita ini?...
Mahasiswa Mahasiswi muslim?...

Seorang pelajar yang tugasnya hanya belajar dengan tekun dan tidak perlu melihat sekitar demi nilai yang tinggi? IPK 3,9...

Tidak terbesit sedikitpun di pikiran saya untuk melarang diri saya sendiri dan kita semua untuk tidak belajar dan selalu menolong "saudara", menolong "nenek" sepanjang hidup kita...tetapi apabila kita bisa MENGASAH atau pun MENERAPKAN tidakan kita dengan hati seorang muslim yang beriman dengan bahu-membahu mengupayakan kemudahan bagi "saudara", "nenek" kita yang tidak seberuntung kita dengan cara kita masing-masing... Alangkah indahnya hidup ini... Alangkah damainya hati...

Ingat saudara-saudara muslimku, ALLAH maha melihat.. Maha mengetahui...


Beliau memanjat tempat sampah yang saya yakin terbuat dari besi yang telah berkarat dengan tubuhnya yang bungkuk, kaki yang lemah dan gemetar karna mungkin kaki itu telah berumur 70 tahun atau bahkan lebih...
Bisa kah engau melihatnya tanpa mengeluarkan air mata?...

Mungkin sebagian kita dengan tegas menjawab "BISA"...
Jawaban yang bisa diterima dengan tenang karna kita memang seorang muslim yang hidup untuk diri kita sendiri. Seorang muslim yang moderen. Seorang muslim dengan "gengsi" yang tinggi...

Apakah seorang nenek renta yang sedang mengais-ngais sampah adalah urusan saya?

itu adalah masalah dia. Memangnya nenek itu siapanya kita?

.....
.....

sungguh saudara-saudaraku sesama muslim, kata-kata yang sering dikumandangkan, "MUSLIM BERSAUDARA...SESAMA MUSLIM ADALAH SAUDARA" adalah omong kosong... Tanpa IMAN sediktpun...

Saya tidak sedang berusaha mendramatiskan hal yang sekali lagi diketik oleh jari-jari dari sosok seseorang yang mungkin dipandangan kalian tidak pernah serius. Selalu bermain-main.

Saya hanya ingin berbagi, agar kita lebih "peka", lebih memperhatikan sekitar kita.

Mungkin sedikit cerita ini tidak akan ada apabila yang saya lihat adalah PEMUDA GAGAH yang sedang mengeruk-ngeruk sampah, tetapi sedih rasanya dikala saya harus melihat seorang nenek-nenek renta...

Semoga kita (khususnya rohis as-shaffat (maaf apabila pengetikannya tidak tepat)) dapat segera mengadakan diskusi, membuka forum...untuk membahas masalah yang mungkin tidak kita sadari, banyak disekitar kita... Alangkah baiknya apabila kita bisa sedikit meringankan "beban" saudara-saudara kita, ataupun nenek-nenek kita... Menjadi seorang muslim yang lebih baik...
Apabila berkenan, tolong direnungkan dengan hati seorang muslim.

Saya meminta maaf sedalam-dalamnya apabila ketikan saya ini tidak masuk di akal, ataupun tidak berkenan dihati, ataupun menyinggung, ataupun banyak hal-hal negatif lainnya yang mungkin timbul di benak saudara-saudaraku sekalian. Tidak ada sedikitpun tujuan untuk membuat kita berdebat terhadap ketikan yang tidak sempurna ini. Tidak ada sedikit pun niat untuk mempengaruhi saudara-saudaraku kepada hal-hal negatif yang mungkin terpikirkan oleh saudara-saudara dan tidak terpikirkan oleh saya pada saat mengetik tulisan yang tidak sempurna ini.

Ketikan ini ada karna rasa KEMANUSIAAN saya sebagai seorang muslim terusik pada saat melihat sesosok nenek mengeruk-ngeruk sampah, sedangkan saya dan kebanyakan saudara-saudaraku sesama muslim lain (yang saya kenal) yang masih GAGAH, yang masih MUDA hidup dengan sangat berkecukupan...dengan fasilitas yang memadai...

Semoga kita menjadi seorang muslim yang selalu dibukakan pintu hatinya oleh ALLAH SWT dan menjadi muslim yang perduli dengan "saudara-saudaranya", "nenek-neneknya"... Amin

(Akhi Rizky An-Nabil)

Komunikasi Ikhwan Akhwat

Bagaimana mensolidkan kinerja ikhwan dan akhwat , karena selama ini sering kali antara ikhwan dan akhwat bermaksud menjaga interaksi, namun terkadang ada hal hal yang seharusnya dikomunikasikan namun tidak di lakukan sehingga seringkali muncul masalah atau kesalahpahaman ikhwan dan akhwat ?
Masalah klasik yang hampir tidak pernah usai hingga saat ini, bagaimana agar komunikasi ikhwan dan akhwat berjalan baik dengan tetap menjaga hijab. Saya masih berpikir kenapa masalah ini bisa muncul. Akan tetapi ketika saya mencoba merenung, kejadian ini bisa terjadi akibat idealisme yang masih tinggi dari para kader dakwah yang betul betul ingin menjaga hatinya dari segala fitnah yang bisa merusak keberkahan dakwah. Tentu ini adalah hal positif bagi dakwah kampus yang kita cintai ini.
Tapi perlu kita evaluasi terkait apakah batasan yang terlalu rigit ini membuat komunikasi terhambat dan berakibat pada menurunnya produktifitas dakwah. Jika memang tidak berakibat negatif, tentu itu merupakan kabar baik, dan mungkin Anda bisa memberikan solusi yang baik untuk mengatasi kendala ini. Saya akan mencoba memaparkan pandangan saya terkait problematika ini dengan latar belakang saya di kampus “ikhwan” ITB.
Ketika membaca buku men from mars and women from venus, saya mulai sedikit memahami karakter ikhwan dan akhwat dari segi psikologi. Saya mencoba melalukan beberapa pengamatan kepada teman-teman saya di ITB terkait fenomena ini. Rapat demi rapat, kepanitiaan demi kepantiaan hingga sekarang dalam badan pengurus harian GAMAIS, saya baru memahami bagaimana seorang pria berpikir tentang perempuan dan perempuan berpikir tentang pria.
Untuk para pria, perlu Anda pahami bahwa perempuan relatif lebih peka dan sensitif ketimbang pria. Perempuan lebih tertata dalam menyusun agenda, maka sering kita lihat perempuan lebih rapih dalam segala hal. Karena mereka melakukan sesuatu dengan perencanaan, baik itu jangka pendek atau panjang. Perempuan yang bekerja biasanya lebih rajin ketimbang pria, ini mengapa kita mulai melihat para perempuan yang telah menjadi profesional atau pejabat, karena mereka rajin dalam menjalankan tugas. Satu hal yang perlu diingat oleh para pria adalah perempuan tidak suka di khianati dan perempuan itu butuh kepastian.
Untuk para perempuan, perlu saya sampaikan bahwa pria memang cenderung egois dan self-oriented. Seorang pria lebih bisa menghabiskan waktunya sendirian ketimbang perempuan. Dan seorang pria ketika sudah masuk keduniannya akan sulit untuk diganggu. Sebutlah seorang pria yang sedang badmood dan ia memilih untuk sendiri untuk mengembalikan mood nya, maka ia akan sangat terganggu sekali jika ada yang menggangu, bahkan sebuah sms bisa membuat mood nya lebih parah. Sehingga seringkali ia mengabaikan panggilan yang ada. Saya menyebutnya, pria mempunyai gua sendiri yang dimana hanya ia yang memahaminya, dan seorang perempuan sepertinya harus menunggu pria ini keluar gua nya baru bisa memanggil pria ini.
Pria relatif lebih ingin diperhatikan dan dipahami, karena sedikit ”sentuhan” saja bisa membuat seorang pria berpikir terbalik 180¬o. Oleh karena itu, seorang perempuan kiranya perlu memahani mengenai kebutuhan dasar pria ini untuk membentuk pola komunikasi yang baik.
Pada kasus nyata, bisa kita ambil contoh dua buah kisah yang saya akan beri pandangan point of view yang harus diambil. Kisah pertama, sekelompok ikhwan dan akhwat yang berada dalam sebuah kepanitiaan. Dimana mereka biasa menjalankan rapat rutin untuk membahas segala sesuatu. Pada suatu ketika, ketua panitia dihadapi pada sebuah kondisi dimana butuh keputusan cepat, padahal saat itu waktu sudah menunjukan pukul 19.00, dan keputusan harus sudah ada malam itu juga. Sehingga ketua panitia ( ikhwan tentunya ), memutuskan untuk mengumpulkan seluruh panitia ikhwan untuk membahas masalah tersebut, dan terselesaikanlah masalah itu. Esok siangnya seluruh panitia rapat kembali ( ikhwan dan akhwat ), dan ketua panitia menceritakan kejadian malam hari itu, setelah mendengar cerita itu, pihak panitia akhwat merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan kebijakan, akhwat merasa hanya sebagai pelaksana keputusan dan berbagai keluhan lain.
*pada kasus ini akhwat merasa di khianati dalam arti tidak diberi kepercayaan untuk ikut berpikir bersama, atau merasa dilangkahi dalam mengambil keputusan.
*pria ketika sudah mengerjakan sesuatu relatif keasikan sendiri sehingga lupa bahwa ada pihak akhwat yang perlu dilibatkan
Kisah kedua, seorang ketua muslimah di sebuah lembaga dakwah mencoba meng-sms seorang ketua LDK di waktu pagi hari ( sekitar waktu tahajud ), akhwat ini mengetahui bahwa sangat tidak ahsan untuk meng-sms seorang ikhwan pada waktu tersebut, akan tetapi, karena sebuah masalah yang perlu dibahas segera, dengan segala pertimbangan dan kebulatan hati, ia memutuskan untuk meng-sms ketua LDK ini dan meminta diadakan rapat mendadak pagi itu untuk membahasa hal yang penting. Akan tetapi, dikarenakan ketua LDK ini sedang dilanda masalah pribadi yang membuat dirinya tidak ingin diganggu untuk sementara waktu, maka ia tidak membalas sms ketua muslimahnya. Mungkin dikarenakan, berbagai miscall yang dilontarkan oleh akhwat ini, ketua LDK ini akhirnya memutuskan untuk membalas sms akhwat ini dengan asalan saja dan seakan menggantungkan keputusan. Hingga akhirnya akhwat ini mengancam sesuatu sehingga ketua LDK itu memutuskan untuk mengadakan rapat di pagi harinya. Setelah menjalani rapat, akhwat ini meminta berbicara terhadap ketua LDK, dan mengungkapkan kekecewaannya kepada ketua LDK ini dan mengatakan bahwa ketidakpastian yang ketua LDK berikan membuat ia tidak tenang.
*perempuan tidak suka ketidakpastian yang berlarut, butuh ketegasan sikap. Saya merekomendasi kepada para pria untuk sesegera mungkin membalas sms akhwat dengan baik untuk menghindari konflik seperti diatas.
*pria yang sedang dilanda masalah tidak ingin diganggu, bahkan ketika kadar masalahnya cukup tinggi, ia tidak ingin diganggu oleh amanah dakwah, ia lebih memilih sendiri dan tidak bertemu dengan orang orang untuk sementara waktu
Dengan memahami karakter masing-masing ini, saya berharap Anda dapat mencoba mulai mengaplikasikan hal untuk memahami kekurangan masing-masing. Bermula dari pemahaman ini, selanjutnya saya akan memaparkan bagaimana cara lain untuk membangun komunikasi yang baik dengan tetap menjaga batasan yang ada.
Hijab saat rapat
Beberapa kampus yang pernah saya kunjungi relatif punya cara tersendiri dalam mengaplikasikan hijab dalam sebuah rapat, ada yang membatasa pria dan perempuan dengan batas permanen seperti tembok, ada yang beda ruangan, ada yang dalam bentuk papan setinggi dua meter, atau ada yang cukup dengan jarak 2 meter antara ikhwan dan akhwat. Semua tergantung kebutuhan dan budaya di masing masing kampus. Bagaimana pun bentuk hijab nya , ada beberapa hal yang perlu dipenuhi, yakni :
1. Jelasnya perkataan setiap anggota rapat
2. Tidak membuat ikhwan dan akhwat terkesan rapat sendiri
3. Pemimpin rapat bisa melihat semua peserta rapat ( ikhwan dan akhwat )
4. Kondisi peserta harus tetap kondusif, jangan sampai karena terpisah oleh tembok, atau papan besar membuat peserta rapat tidur-tiduran karena tidak tampak oleh lawan jenis
5. Ada medua penghubung informasi yang bisa dilihat oleh semua peserta, seperti papan tulis, agar tidak terjadi assymetric information
6. Tidak menimbulkan kesan angker atau eksklusif terhadap orang selain kader yang melihat proses rapat
Proses komunikasi yang efesien
Komunikasi yang dilakukan antara ikhwan dan akhwat perlu diefesienkan sedemikan rupa, agar tidak terjadi fitnah yang mungkin bisa terbentuk. Saya akan mengambil contoh sms seorang ikhwan ke akhwat, dalam dua versi dengan topik yang sama, yakni mencocokan waktu untuk rapat.
Versi 1
Ikhwan : assalamu’alaikum ukhti, bagaimana kabarnya ? hasil UAS sudah ada ? 
Akhwat : wa’alaikum salam akhie, alhamdulillah baik, berkat do’a akhie juga, hehehe, UAS belum nih, uhh, deg deg an nunggu nilainya, tetep mohon doanya yah !!
Ikhwan : iya insya Allah didoakan, oh ya ukhti, kira kira kapa yah bisa rapat untuk bahas tentang acara ?
Akhwat : hmhmhm... kapan yah ? akhie bisanya kapan, kalo aku mungkin besok siang dan sore bisa
Ikhwan : okay, besok sore aja dech, ba’da ashar di koridor timur masjid, jarkomin akhwat yang lain yah
Akhwat : siap komandan, semoga Allah selalu melindungi antum
Ikhwan : sip sip, makasih yah ukhti, GANBATTE !! wassalamu’alaikum
Akhwat : wa’alaikum salam

Versi 2
Ikhwan : assalamualaikum, ukh, besok sore bisa rapat acara ditempat biasa ? untuk bahas acara
Akhwat : afwan, kebetulan ada quis, gimana kalo besok siang aja?
Ikhwan : insya Allah boleh, kita rapat besok siang di koridor timur masjid, tolong jarkom akhwat, syukron, wassalamu’alaikum
Dari dua contoh pesan singkat ini kita bisa melihat bagaimana pola komunikasi yang efektif dan tetap menjaga batasan syar’i. Pada versi 1 kita bisa melihat sebuah percapakan singkat via sms antara ikhwan dan akhwat yang bisa dikatakan sedikit “lebai” ( baca “ berlebihan ), sedangkan pada versi 2 adalah percakapan antara ikhwan dan akhwat yang to the point, tanpa basa basi. Sebenarnya bagaimana kita membuat batasan tergantung bagaimana kita membiasakannya di lembaga dakwah kita saja. Perlu adanya leader will untuk membangun budaya komunikasi yang efesien dan “secukupnya”.
Dalam hal percakapan langsung, seorang ikhwan dan akhwat sangat diharapkan untuk menjauhi percapakan berdua saja, walau itu di tempat umum. Saya menyarankan agar salah satu ikhwan atau akhwat meminta muhrimnya (sesama jenis kelamin) untuk menemaninya. Dengan itu diharapkan pembicaraan menjadi terjaga dan meminimalkan kesempatan untuk khilaf. Dengan melakukan pembicaraan yang secukupnya ini sebetulnya dapat lebih membuat pekerjaan menjadi lebih cepat dan efektif. Karena setiap pembicaraan yang dilakukan tidak ada yang sia sia, semua membahas tentang agenda dakwah yang dilakukan.
Selain itu perlu kiranya kita mengurangi waktu ikhwan dengan akhwat untuk bekerja bersama pada waktu dan tempat yang sama. Sebutlah untuk pekerjaan mengepak sembako untuk baksos, saya merekomendasikan agar kegiatan dilakukan terpisah. Jangan ikhwan dan akhwat sama sama melakukan sebuah aktifitas, contohnya lagi ikhwan dan akhwat bersama sama menimbang gula, ikhwan memasuki gula ke plastik dan akhwat menimbang dan mengikat plastik. Saya merekomendasikan agar hal seperti ini tidak terjadi, karena proses ini memungkinkan adanya kesempatan untuk khilaf. Kita tidak akan pernah mengetahui isi dari pikiran dan hati seseorang. Oleh karena itu diperlukan regulasi yang tepat untuk menjaga kader dari hal hal yang bisa merusak keberkahan dakwah. Untuk kasus kerja bersama baksos, bisa saja menjadi ikhwan mengerjakan di bagian pengepakkan beras dan gula, akhwat mengerjakan pengepakkan susu dan minyak.
Regulasi tidak tertulis
Adanya regulasi tidak tertulis, atau mungkin tertulis jika cocok dengan budaya di LDK masing-masing, akan tetapi saya merekomendasikan kepada Anda agar regulasi terkait hubungan ikhwan dan akhwat bersifat tidak tertulis saja. Regulasi ini adalah ketentuan yang “memaksa” para kader untuk mengikutinya, dan bentuk sangksi yang diberikan berupa sangksi moral saja. bentuk regulasi ini seperti etika ketika rapat yang bisa dimaktubkan dalam mekanisme rapat, di GAMAIS kami membuat beberapa ketentuan rapat, yakni terkait posisi dan waktu rapat yang diperbolehkan, seperti hijab dengan jarak 2-3 meter antara ikhwan dan akhwat, rapat antara ikhwan dan akhwat tidak boleh dilakukan setelah maghrib, dan sebagainya. Regulasi lain terkait, pembatasan hubungan ikhwan akhwat melalui pertemuan tatap muka, sms, maupun telepon diatas pukul 21.00 hingga subuh, kecuali dalam keadaan darurat, dan lain-lain.
Bentuk dan penerapan regulasi ini perlu disesuaikan dengan kondisi kader di Lembaga dakwah. Saya memang sedikit moderat terkait hal ini, sehubungan dengan jumlah kader baru yang semakin membludak¸sehingga butuh waktu untuk pemahaman, akan tetapi bagi kader inti akan ada ketentuan khusus.
Pemanfaatan media terbuka bersama
Media bersama yang dimaksud seperti mailing list (milist), papan komunikasi (pakom), yahoo!conference, dan lainnya. Media ini bersifat terbuka dan bisa digunakan dan di akses bersama, sehingga pembicaraan yang dilakukan akan seputar pada inti permasalahan. Sebutlah pembicaraan pemimpin ikhwan dan akhwat seputar IP Kader, dengan media terbuka bersama ini akan membuat mereka akan membahasa hanya tentang IP kader dan solusinya. Akan tetapi jika pembicaraan tanpa media pembatasnya, maka bisa jadi pembicaraan antara dua pemimpin ini menjadi curhat masalah IP mereka masing-masing.
Penyesuaian dengan iklim Lembaga Dakwah
Dari semua kebijakan dan tata etika komunikasi ikhwan dan akhwat ini perlu adanya wiseness dari pihak pemimpin untuk menyesuaikan dengan kondisi masa kampus dan kader di Lembaga Dakwah. Jangan sampai komunikasi yang dilakukan antara ikhwan dan akhwat justru membuat objek dakwah menjadi takut untuk bergabung bersama kita, dan justru me-demarketisasi lembaga dakwah kita. Kebijakan yang diterapkan di GAMAIS memang moderat, dan tidak terlalu rigit terkait hal ini. Pertimbangan yang dilakukan mengingat GAMAIS sedang membangun pendekatan dan kepercayaan secara masif kepada objek dakwah. Hal ini memang sedikit menuntut kami menjadi moderat akan beberapa hal yang bisa di tolerir. Seperti rapat yang tanpa hijab fisik, lalu ikhwan dan akhwat jika bertemu tidak selamanya harus saling membelakangi, cukup tidak bertatapan, dan lain lain. Memang ini menjadi tantangan tersendiri untuk memastikan kemoderatan ini tidak berdampak pada rusaknya keberkahan dakwah, akan tetapi kami berhasil membangun image bahwa GAMAIS tidak angker dan eksklusif.

Oleh : Ridwansyah Yusuf (Ketua Agamais ITB dan Presma ITB 2009-2010)

Ummu Fadhl -Rodhiallahu 'anha-

Beliau adalah Lubabah binti al-Haris bin Huzn bin Bajir bin Hilaliyah. Beliau adalah Lubabah al-Kubra, dikenal dengan kuniyahnya yakni Ummu Fadhl. Ummu Fadhl adalah salah satu dari empat wanita yang dinyatakan keimanannya oleh Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam. Keempat wanita tersebut adalah Maimunah, Ummu Fadhl, Asma' dan Salma.

Adapun Maimunah adalah Ummul Mukminin Rodhiallahu 'anha saudara kandung dari Ummu Fadhl. Sedangkan Asma' dan Salma adalah kedua saudari dari jalan ayahnya sebab keduanya adalah putri dari 'Umais.

Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha adalah istri dari Abbas, paman Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam, dan ibu dari enam orang yang mulia, pandai dan belum ada seorang wanita pun yang melahirkan laki-laki semisal mereka. Mereka adalah Fadhl, Abdullah al-Faqih, Ubaidullah al-Faqih, Ma'bad, Qatsam dan Abdurrahman.

Tentang Ummu Fadhl ini Abdullah bin Yazid berkata,
Tiada seorangpun yang melahirkan orang-orang yang terkemuka yang aku lihat sebagaimana enam putra Ummu Fadh
Putra dari dua orang tua yang mulia
Pamannya Nabiyul Musthafa yang mulia
Penutup para Rasul dan sebaik-baik rasul
Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha masuk Islam sebelum hijrah, beliau adalah wanita pertama yang masuk Islam setelah Khadijah (Ummul Mukminin Rodhiallahu 'anha) sebagaimana yang dituturkan oleh putra beliau Abdullah bin Abbas Rodhiallahu 'anhu, "Aku dan Ibuku adalah termasuk orang-orang yang tertindas dari wanita dan anak-anak. "

Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha termasuk wanita yang berkedudukan tinggi dan mulia di kalangan para wanita. Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam terkadang mengunjungi beliau dan terkadang tidur siang di rumahnya.

Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha adalah seorang wanita yang pemberani dan beriman, yang memerangi Abu Lahab si musuh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan membunuhnya. Diriwayatkan oleh Ibnu Ishak dari Ikrimah berkata, "Abu Rafi' budak Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam berkata, 'Aku pernah menjadi budak Abbas, ketika Islam datang maka Abbas masuk Islam disusul oleh Ummu Fadhl, namun Abbas masih disegani terhadap kaumnya."

Abu Lahab tidak dapat menyertai perang Badar dan mewakilkannya kepada Ash bin Hisyam bin Mughirah, begitulah kebiasaan mereka manakala tidak mengikuti suatu peperangan maka ia mewakilkan kepada orang lain.

Tatkala datang kabar tentang musibah yang menimpa orang-orang Quraisy pada perang Badar yang mana Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menghinakan dan merendahkan Abu Lahab, maka sebaliknya kami merasakan adanya kekuatan dan 'izzah pada diri kami. Aku adalah seorang laki-laki yang lemah, aku bekerja membuat gelas yang aku pahat di bebatuan sekitar zam-zam, demi Allah suatu ketika aku duduk sedangkan di dekatku ada Ummu Fadhl yang sedang duduk, sebelumnya kami berjalan, namun tidak ada kebaikan yang sampai kepada kami, tiba-tiba datanglah Abu Lahab dengan berlari kemudian duduk, tatkala dia duduk tiba-tiba orang-orang berkata, "Ini dia Abu Sufyan bin Harits telah datang dari Badar. Abu Lahab berkata, "Datanglah kemari sungguh aku menanti beritamu.

Kemudian duduklah Abu Jahal dan orang-orang berdiri mengerumuni sekitarnya. Berkatalah Abu Lahab, "Wahai putra saudaraku beritakanlah bagaimana keadaan manusia (dalam perang Badar)?" Abu Sufyan berkata, "Demi Allah tatkala kami menjumpai mereka, tiba-tiba mereka tidak henti-hentinya menyerang pasukan kami, mereka memerangi kami sesuka mereka dan mereka menawan kami sesuka hati mereka. Demi Allah sekalipun demikian tatkala aku menghimpun pasukan, kami melihat ada sekelompok laki-laki yang berkuda hitam putih berada di tengah-tengah manusia, demi Allah mereka tidak menginjakkan kakinya di tanah."

Abu Rafi' berkata, "Aku mengangkat batu yang berada di tanganku, kemudian berkata, 'Demi Allah itu adalah malaikat. Tiba-tiba Abu Lahab mengepalkan tangannya dan memukul aku dengan pukulan yang keras, maka aku telah membuatnya marah, kemudian dia menarikku dan membantingku ke tanah, selanjutnya dia dudukkan aku dan memukuliku sedangkan aku adalah laki-laki yang lemah. Tiba-tiba berdirilah Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha mengambil sebuah tiang dari batu kemudian beliau pukulkan dengan keras mengenai kepala Abu Lahab sehingga melukainya dengan parah. Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha berkata, 'Saya telah melemahkannya sehingga jatuhlah kredibilitasnya.'

Kemudian bangunlah Abu Lahab dalam keadaan terhina, Demi Allah ia tidak hidup setelah itu melainkan hanya tujuh malam hingga Allah Subhanahu wa Ta'ala menimpakan kepadanya penyakit bisul yang menyebabkan kematiannya."

Begitulah perlakuan seorang wanita mukminah yang pemberani terhadap musuh Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga menjadi gugurlah kesombongannya dan merosotlah kehormatannya karena ternoda. Alangkah bangganya sejarah Islam yang telah mencatat Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha sebagai teladan bagi para wanita yang dibina oleh Islam.

Ibnu Sa'd menyebutkan di dalam ath-Thabaqat al-Kubra bahwa Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha suatu hari bermimpi dengan suatu mimpi yang menakjubkan, sehingga ia bersegera untuk mengadukannya kepada Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam, ia berkata, "Wahai Rasulullah saya bermimpi seolah-olah sebagian dari anggota tubuhmu berada di rumahku." Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Mimpimu bagus, kelak Fatimah melahirkan seorang anak laki-laki yang nanti akan engkau susui dengan susu yang engkau berikan buat anakmu (Qatsam)."

Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha keluar dengan membawa kegembiraan karena berita tersebut, dan tidak berselang lama Fatimah Rodhiallahu 'anha melahirkan Hasan bin Ali Rodhiallahu 'anhu yang kemudian diasuh oleh Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha.

Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha berkata, "Suata ketika aku mendatangi Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam, dengan membawa bayi tersebut maka Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam segera menggendong dan mencium bayi tersebut, namun tiba-tiba bayi tersebut mengencingi Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau bersabda, "Wahai Ummu Fadhl peganglah anak ini karena dia telah mengencingiku."

Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha berkata, "Maka aku ambil bayi tersebut dan aku cubit sehingga dia menangis, aku berkata, "Engkau telah menyusahkan Rasulullah karena engkau telah mengencinginya." Tatkala melihat bayi tersebut menangis Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Wahai Ummu Fadhl justru engkau yang menyusahkanku karena telah membuat anakku menangis." Kemudian Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam meminta air lalu beliau percikkan ke tempat yang terkena air kencing kemudian bersabda,
"Jika bayi laki-laki maka percikilah dengan air, akan tetapi apabila bayi wanita maka cucilah."

Di antara peristiwa yang mengesankan Lubabah binti al-Haris Rodhiallahu 'anha adalah tatkala banyak orang bertanya kepada beliau ketika hari Arafah apakah Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam shaum ataukah tidak? Maka dengan kebijakannya, beliau menghilangkan problem yang menimpa kaum muslimin dengan cara beliau memanggil salah seorang anaknya kemudian menyuruhnya untuk mengirimkan segelas susu kepada Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam tatkala beliau berada di Arafah, kemudian tatkala dia menemukan Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam dengan dilihat oleh semua orang beliau menerima segelas susu tersebut kemudian meminumnya.

Di sisi yang lain Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha mempelajari Hadits asy-Syarif dari Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam dan beliau meriwayatkan sebanyak tiga puluh hadits. Adapun yang meriwayatkan dari beliau adalah sang putra beliau Abdulllah bin Abbas Rodhiallahu 'anhu, Tamam yakni budaknya, Anas bin Malik, dan lainnya.
Kemudian wafatlah Ummu Fadhl Rodhiallahu 'anha pada masa khalifah Ustman bin Affan Rodhiallahu 'anhu setelah meninggalkan kepada kita contoh yang baik yang patut ditiru sebagai ibu yang shalihah yang melahirkan tokoh semisal Abdullah bin Abbas Rodhiallahu 'anhu; kyai umat ini dan Turjumanul Qur'an (yang ahli dalam hal tafsir al-Qur'an), Begitu pula telah memberikan contoh terbaik bagi kita dalam hal kepahlawanan yang memancar dari akidah yang benar yang muncul darinya keberanian yang mampu menjatuhkan musuh Allah Subhanahu wa Ta'ala yang paling keras permusuhannya.

Sumber : Mengenal Shahabiah Nabi karya Mahmud Mahdi al-Istanbuly
Di sadur dari Internet (afwan lupa alamatnya)